23/06/11

PARIWISATA BIMA DIANTARA KEKERINGAN DAN KEGERSANGAN

Sape Harus Memiliki Hotel Yang Representatif
Pariwista bagi Bima adalah masa depan. Keindahan alam yang tesembul diantara kekeringan dan kegersangan merupakan nikmat Tuhan yang harus di syukuri. Bentuk kesyukuran harus diberdayagunakan untuk kemaslahatan masyarakat Bima. Potensi pariwisata yang terpendam ini tidak akan member manfaat apa-apa bagi masyarakat Bima jika tidak segera dikelola. Pengelolaannya, dibutuhkan kebersamaan anatar pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pemerintah harus mendorong upaya pembangunan pariwisata melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak. Tetapi semua itu harus dilandasi dengan perencanaan yang matang dan futuristic. Pemerintah harus melakukan studi yang mendalam kemudian memutuskan wilayah mana yang dipilih menjadi pusat pengembangan pariwisata. Tentunya dengan menghitung efek berganda yang ditimbulkan.
Wilayah Sape adalah merupakanpilihan yang pertama. Wilayah ini memiliki banyak keunggulan dibanding wilayah lain. Utamanya wilayah ini berada di ujung timur Kabupaten Bima ini akan menjadi lokomotif bagi wilayah-wilayah lain disepanjang jalur trans Sumbawa yang berakhir di pelabuhan Sape. Berkembangnya sape juga akan memberikan dampak langsung pada wilayah-wilayah lain disekitarnya terutama wawo di bagian Barat yang kaya dengan wisata etnik seperti Ntubu, Kalero, Hadra, Lengge, Sagele, Mpa’a, Peda dan sebagainya.
Langgudu di selatan dengan teluk Waworada yang kaya dengan sumber lautnya. Juga wilayah kecamatan Wera di bagian utara dengan Gunung Sangiang dan Savanna yang juga sangat potensial untuk pembangunan wisata.
Jamaluddin, seorang pemandu wisata local mengatakan wilayah Sape bisa ditembus dari berbagai arah. Jika pariwisata berkembang kombinasi paket wisata ke sape cukup banyak pilihan. “Bisa mampir di wawo menyaksikan berbagi atraksi budaya, mampir di sari melihat permadani bawang merah. Atau melalui wera melihat Gunung Sangiang dan savanna atau melalui Karumbu bisa ke Pela parado dulu,” ujar Kamaruddin.
Jika pariwisata di Sape berkembang, industry supporting juga akan berkembang. Dengan demikian lapangan pekerjaan bagi masyarakat Bima akan terbuka sangat lebar. Harga-harga dengan sendirinya akan terdongkrak dan pendapatan akan membaik. Melihat kondisi ekonomi dan politik di bima peran pemerintahlh yang harus lebih besar. Pemerintah harus aktif memperomosikan pariwisata secara formal atau non formal.
Pemkab Bima, mungkin bisa belajar dari Lombok  Tengah yang lebih dulu berinisiatif dengan hotel Tasturanya “Pemkab Bima mungkin perlu melakukan hal yang sama juga. Pemkab perlu membangun hotel yang representative di Sape,” tambah Jamaluddin. Salaam ini wisatawan yang menuju Pulau Komodo enggan berlama-lama di Sape karena tidak ada hotel yang memadai. Biasanya kata Jamaluddin para pelancong tersebut turun dari bandara pagi hari, kemudian berputar-putar kota, sore langsung naik kapal. Ada juga rombongan menggunakan jasa travel dari mataram langsung naik kapal.
Kalau ada hotel yang representative tentu ada pilihan bagi para pelancong untuk menginap di Sape. Nah kesempatan itu bisa kita gunakan untuk mengajak pelancong keliling melihat yang lainnya,” kata Jamal bersemangat.
Kenapa harus pemerintah? Karena kalau swasta atau masyarakat untuk saat ini rasanya cukup sulit. Beberapa saat yang lalu ada masyarakat yang berinisiatif membangun cottage di Pantai Toro Wamba, namun karena tidak ada dukungan pemerintah, usaha itupun mental. Cottage itu kini menjadi saksi bisu keindahan Toro Wamba. Jika Pemkab Bima merintis upaya pembangunan hotel diwilayah Sape tentu akan mengundang minat swasta dan juga masyarakat. “Kalau pariwisata disapai berkembang saya yakin pemerintah pusat akan memberikan perhatian terhadap akses jalan yang ada,” ungkap Jamaluddin.

http://www.visitlomboksumbawa.net/index.php/berita/242-pariwisata-bima-diantara-kekeringan-dan-kegersangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar