23/06/11

MUSEUM SAMPARAJA

Pariwisata Bima

museum samparajaMuseum “Samparaja” Bima merupakan salah satu usaha dari Yayasan Museum Kebudayaan “Samparaja” Bima yang diketua oleh Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, SH., puteri dari Sultan Salahuddin Sultan Bima terakhir.
Yayasan ini didirikan dengan Akte Notaris Nomor: 493 pada hari Sabtu tanggal 17 Agustus 1985, dengan tujuan untuk sejauh mungkin bisa menyelamatkan benda-benda budaya bersejarah dari kepunahan, melestarikan nilai-nilai budaya daerah yang adi luhung dan mengadakan usaha penelitian serta pembahasan menyangkut kebudayaan daerah Bima untuk memperkaya khasanah budaya bangsa Indonesia.
Khusus mengenai peninggalan Kesultanan Bima yang berupa naskah-naskah lama yang tertulis dalam aksara Arab berbahasa Melayu yang jumlahnya cukup banyak, dilakukan tindakan penyelamatan terhadap fisik maupun isi naskah yang mengandung berbagai macam jenis ilmu, sejarah pemerintahan di Bima, Hukum Adat dan Hukum Islam yang diterapkan, ilmu pertanian, kelautan, perbintangan, hubungan interaksi dengan daerah-daerah lain mauoun hubungan perdagangan dengan negara asing.
Oleh karena itu, dalam tahun 1987,1988, 1989, usaha Ketua Yayasan adalah menyelamatkan naskah-naskah yang ada dengan cara mengawetkan atau dilaminasi atas bantuan dan kerjasama dengan Arsip Nasional R.I di Jakarta. Sehingga, hampir seluruh naskah secara bertahap sudah bisa diselamatkan dari kepunahan, termasuk kitab-kitab Al Qur’an tulis tangan peninggalan kesultanan (La Nonto Gama) pun sudah diawetkan. Kurang lebih jumlah naskah yang sudah dikerjakan sebanyak 2.500 lembar dilaminasi bisa bertahan 50-100 tahun lagi berarti bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi sekarang dan akan datang.
Karena tujuan pertama dari Yayasan Museum Kebudayaan menyediakan sarana khusus untuk naskah-naskah tersebut, maka rencana mendirikan museum sebagai wadah untuk menghimpun berbagai corak dan ragam karya budaya mulai dirintis. Setelah diadakan konsultasi dengan Direktorat Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayan di Jakarta, disarankan untuk membuat museum tidak hanya untuk naskah saja, akan tetapi dibuat suatu museum etnografi atau museum khusus benda-benda budaya termasuk di dalamnya naskah-naskah.
Pada tahun 1990, oleh Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, SH, didirikan suatu gedung museum yang berarsitektur tradisional Bima “Uma Ceko dan diresmikan pembukaannya oleh Bupati Bima Adi Haryanto yang dihadiri oleh wakil dari Direktorat Permuseuman Direktorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta pada tanggal 10 Agustus 1995, di Bima.
Selain sebagai sarana untuk menyimpan benda-benda budaya dan bersejarah, Museum “Samparaja” juga memperagakan berbagai pakaian adat lama semasa Kesultanan Bima dari pakaian adat pangkat-pangkat adat, pakaian upacara upacara-upacara adat, pakaian penganten dan pakaian adat anak-anak. Peragaan menggunakan boneka-boneka manequin laki-laki/perempuan yang ditempatkan dalam vitrin. Selain dari pada itu, tersimpan pula benda-benda hasil karya tradisional berupa ukiran dari kayu dan perak serta barang-barang keramik lama.
Benda-benda budaya yang tersimpan dari Museum “Samparaja” merupakan koleksi pribadi dari Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, SH di luar benda-benda pusaka dan atribut Kesultanan Bima yang disimpan di Museum “Asi Mbojo” . Dengan demikian, Museum Kebudayaan “Samparaja” Bima berstatus sebagai museum pribadi.
Museum Kebudayaan “Samparaja” juga berfungsi sebagai sumber informasi dan penelitian/pengkajian kebudayaan Bima dengan terkumpulnya naskah-naskah bersejarah dan tulisan-tulisan yang mengungkap masalah budaya.
Sementara itu, pada tahun 1990 diterbitkan Katalog Naskah Bima dengan judul Katalogus Naskah Melayu-Bima Jilid I yang disusun oleh Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, SH (Ketua Yayasan Museum “samparaja” Bima) bersama seorang ahli philoloog, Dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, DR. Wulan Rujiati Mulyadi. Dan pada tahun 1992diterbitkan jilid ke II-nya.
Dari naskah Museum “Samparaja: yang sudah ditransliterasi ke dalah Huruf Latin (karena naskah asli tertulis dalam aksara Arab berbahasa Melayu) telah diterbitkan satu buku berjudul “Bo Sangaji Kai” (catatan-catatan Kerajaan Bima) setelah lebih kurang 700 halaman, disusun bersama oleh DR. Henri Chambert Loir. Ahli Philoloog Perancis dari Lembaga Kebudayaan Perancis EFEO (Ecole Francaise di Extrime Orient) dan Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, SH yang diluncurkan tanggal 3 Februari 2000 di Perpustakaan Nasional RI Jakarta. Buku ini telah menjadi salah satu Dokumen Nasional.
Bersyukur ada perhatian Pemerintah Daerah Propinsi NTB dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bima yang membantu pembiayaan percetakan. Dalam hal ini, Drs. H. Warsito da. Drs. Harun Alrasyid M.Si serta Bupati Bima Adi Haryanto.
Bantuan juga diperoleh dari Museum Negeri NTB Mataram berupa vitrin-vitrin kaca dan beberapa buah boneka peragaan untuk ruangan pameran.
Dalam tahun 2004 Pemerintah Daerah Kota Bima telah amembentu Museum “Samparaja” dengan biaya untuk menambah ruangan yang akan menjadi ruangan perpustakaan/ruang baca.
Museum “Samparaja” telah terdaftar namanya dalam buku “Khasanah Naskah” panduan koleksi naskah-naskah Indonesia sedunia Word Guide To Indonesia Collections” . Sejalan dengan itu, agar sejarah Kebudayaan Bima dikenal oleh generasi muda dan dunia luar, Museum “Samparaja” membuka kesempatan dan memupuk perhatian cendekiawan/ilmuwan untuk melakukan studi penelitian naskah-naskah yang mengandung ilmu agama Islam yang diimplementasikan ke dalam kehidupan berpemerintahan dan bermasyarakat di daerah Bima pada zaman kesultanan.
Untuk menambah pengetahuan, Museum “Samparaja” mengirim petugas dan/atau peminat ke setiap kesempatan penataran pelestarian dan pemeliharaan naskah (konservasi naskah) dan lain-lain.
Pada bulan Maret 2007, oleh Perpustakaan Nasional Jakarta dilakukan konsevasi, digitalisasi dan mikro film terhadap kurang lebih 2200 (dua ribu dua tatus) lembar naskah kuno (manuskrip) yang lepas maupun yang dijilid bertempat di Museum “Samparaja” di Bima. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh 9 (sembilan) orang petugas dari Perpustakaan Nasional Jakarta dalam waktu 3 (tiga) hari. Juga dilakukan digitalisasi dan mikro film dari naskah-naskah yang sudah dikonservasi sebelumnya.
Dengan demikian, Museum “Samparaja” Bima sampai saat ini menyimpan naskah-naskah kuno (manuskrip) yang sudah dilaminasi, didigitalisasi dan mikrofilmkan sejumlah kurang lebih 5000 (lima ribu) lembar naskah lepas dan yang dijilid.
Saat ini Museum “Samparaja” Bima mendapat tugas sebagai penyelenggara Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XI, di Bima tanggal 26-28 Juli 2007 dan Kepaala Museum “Samparaja” Bima ditugaskan sebagai Ketua Panitia Pelaksanasimosium tersebut.

http://ngalitown.wordpress.com/pariwisata-bima/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar