23/02/12

ASAL USUL ISTILAH INDONESIA


Mengutip hasil penelusuran Andreas Harsono dalam blognya berjudul “Sebuah Kuburan, Sebuah Nama” yang terpost 01 Desember 2008, kata Indonesia pertama kali dibuat pada 1850 –mulanya dalam bentuk “indunesians”-- oleh George Samuel Windsor Earl. Earl sedang mencari-cari terminologi etnografis untuk menerangkan “ …that branch of the Polynesian race inhabiting the Indian Archipelago” atau “the brown races of the Indian Archipelago.” Namun, walau sudah menggabungkan dua kata itu, masing-masing dari kata "Indu" atau "Hindu" dengan kata "nesos" atau "pulau" dari bahasa Yunani, Earl menolaknya sendiri. Dia menganggap kata "Indunesia" terlalu umum. Earl menawarkan terminologi lain, yang dinilainya lebih jelas, "Malayunesians."

Para pendatang Tamil atau Kerala dari waktu tiu British India, ketika tiba di Pulau Penang mengikuti Francis Light sang pendiri Koloni Penang, menyebut orang-orang lokal, yang tinggal di sekitar gunung, sebagai "Malayan" alias “orang gunung”. Malayan lantas berubah jadi Malay dan Melayu.

James Logan menanggapi usul George Earl soal "Indunesians." Logan berpendapat "Indonesian" merupakan kata yang lebih menjelaskan dan lebih tepat daripada kata "Malayunesians," terutama untuk pemahaman geografi, daripada secara etnografi. "I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian islands or the Indian Archipelago. We thus get Indonesian for Indian Archipelagian or Archipelagic, and Indonesians for Indian Archipelagians or Indian Islanders.”

Masih menurut Andreas, R. E. Elson dalam bukunya The Idea of Indonesia menulis James Logan adalah orang pertama yang menggunakan kata "Indonesia" untuk menerangkan kawasan ini. Logan lantas memakai kata "Indonesian" maupun "Indonesians" untuk menerangkan orang-orang yang tinggal di kawasan ini. Dia membagi “Indonesia” dalam empat daerah, dari Sumatra hingga Formosa.

Namun kata "Indonesia" tak segera populer. Elson menerangkan bahwa pada 1877, E. T. Hamy, seorang anthropolog Prancis, memakai kata "Indonesians" untuk menerangkan kelompok-kelompok pra-Melayu di kepulauan ini. Pada 1880, anthropolog Inggris A. H. Keane mengikuti Hamy. Perlahan-lahan kata "Indonesia" dipakai para ilmuwan sosial, termasuk Adolf Bastian, ahli etnografi terkenal dari Berlin, yang setuju dengan penjelasan James Logan serta memakai kata "Indonesia" dalam karya klasiknya, Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel, lima jilid terbitan 1884–1894. Reputasi Bastian membuat kata "Indonesia" jadi pindah dari jurnal kecil terbitan Penang ke tempat terhormat di kalangan akademisi Eropa.

Ia mendorong profesor-profesor di Belanda ikut memakai terminologi ini. G. A. Wilken, profesor di Universitas Leiden, pada 1885 memakai kata "Indonesia" untuk menerangkan Hindia Belanda. Wilken mengagumi karya Adolf Bastian. Profesor lain termasuk H. Kern (ahli bahasa kuno), G. K. Niemann, C. M. Pleyte, Christian Snouck Hurgronje maupun A.C. Kruyt, mengikuti Wilken.

Pada Awal Abad 20, kata benda “indonesier” dan kata sifat “Indonesich” sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa politik etis, baik di Belanda maupun Hindia Belanda. Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra, organisasi Indische Vereeniging di Belanda mengubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Perhimpunan ini banyak berperan dalam merumuskan nasionalisme Indonesia. Pada 1926, ketika Mohammad Hatta menjadi ketua Indonesische Vereeniging, pembentukan nasionalisme Indonesia makin dimatangkan. Hanya soal waktu sebelum terminologi "Indonesia" digunakan oleh orang-orang berpendidikan di kota-kota besar Hindia Belanda.

Pada batu marmer Logan Memorial, dijelaskan bahwa James Logan kelahiran Berwickshire, Skotlandia, pada 10 April 1819. Dia kuliah hukum di Edinburg. Dia tiba di Penang pada 1840, saat berumur 20 tahun, bersama saudaranya, Abraham. Mereka pindah ke Singapura pada 1842 namun James kembali ke Penang pada 1853. Dia membeli dan menyunting Penang Gazette. Abraham tinggal di Singapura serta mendirikan suratkabar Singapore Free Press.

Namun James Logan meninggal sakit malaria pada 20 Oktober 1869 dalam usia 50 tahun. Kematian James Logan dianggap sebagai kehilangan besar di Penang. Masyarakat Straits Settlement, termasuk orang Eropa, India, Cina maupun Melayu, mengumpulkan uang dan mendirikan peringatan untuk menghormati James Richardson Logan. Dudukan dari memorial ini punya empat sisi. Masing-masing dicantumkan kata sifat yang mencerminkan kepribadian James Logan: temperance (kesederhanaan), justice (keadilan), fortitude (tabah, ulet) dan wisdom (bijak).

Memorial ini mulanya didirikan di depan Supreme Court guna mengingat apa yang dilakukan James Logan untuk masyarakat Penang. Saat Perang Dunia II, memorial ini dipindahkan, namun dikembalikan lagi ke posisi semula. Tahun lalu, ia dipindahkan ke tempat sekarang, mengikuti renovasi dan perluasan gedung mahkamah hukum ini. Di memorial marmer ini ditulis, "He was an erudite and skillful lawyer, an eminent scientific ethnologist and he has founded a literature for these settlements…”

Di papan pengumuman, James Logan diterangkan sebagai, "Penang's foremost man of the press and champion of the natives causes, enshrined in the Logan Memorial in the grounds of the high court." Antara 1847 dan 1859, dia menerbitkan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, yang kadang juga disebut Logan’s Journals total 27 volume, serta buku Language and Ethnology of the Indian Archipelago. Logan juga dikenal sebagai pembela hak asasi orang non-Eropa.

George Samuel Windsor Earl, adalah mentor dan kolega James Logan. Dalam papan pengumuman, Earl diterangkan sebagai "asistant resident councillor" Straits Settlement pada 1805 hingga 1865 serta mengarang buku The Eastern Seas. Terminologi "eastern seas" mengacu pada kepulauan yang sekarang disebut Indonesia, Singapura, Brunei, Filipina dan Malaysia. #86
oleh:  Ervyn Dae Revo dalam FORUM NTB UNTUK SEMUA 

1 komentar: