29/07/11

Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era Raja Indra Zambrud


Kerajaan Bima abad XIV/ XV adalah salah satu wilayah di bawah kekuasaan Majapahit yang terletak di wilayah Timur Jawa (mancanegara), yang didalam kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV di sebutkan wilayah Sanghyang Api (gunung sangiang-wera), di kala itu Bima di pimpin oleh Raja muda yang bernama Indra Zamrud, dan Pusat pemerintahan terletak di wilayah Ncuhi Dara (Bima), kerajaan Bima terbagi dalam 5 (lima) wilayah yaitu : 1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah 2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan 3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat 4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara 5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur. Arti luas dari Ncuhi itu sendiri yaitu kepala suku yang memegang wilayah kekuasaannya masing-masing.
Dalam posisi berada di bawah naungan Kerajaan besar seperti Majapahit, jadi Kerajaan Bima harus menyetor Upeti kepada Majapahit.karna pada catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Upeti yang di terima dari kerajaan-kerajaan taklukan Majapahit akan dikumpulkan di Majapahit.
Stabilitas Ekonomi Kerajaan Bima
Pada saat itu kerajaan Bima sangat berkembang pesat di segi pertanian maupun peternakan dan perikanan, Kerajaan Bima banyak belajar dan mengadaptasi ilmu dari kerajaan Majapahit dan itu bisa terlihat dari seni ukiran yang terdapat di setiap keris atau senjata khas Kerajaan Bima yang sangat mirip dengan Kerajaan Majapahit (Ukiran dan kerajinan Jawa,sangat kental di Keris Bima), Raja Indra Zamrud sangat memperhatikan keadaan Ekonomi Kerajaan pada waktu itu sehingga Raja  mengembangkan bidang Pertanian dan perikanan, masyarakat Bima pada saat itu banyak yang bercocok tanam dengan di bantu oleh adik sang Raja Indra Kumala yang sekaligus ahli di bidang Pertanian, dengan adanya bukti di Museum Gajah Jakarta yaitu berupa Tungku kuno yang diatasnya berjejer ukiran dan miniatur kodok yang ditemukan di Bima merupakan alat ritual masyarakat bima pada saat itu untuk meminta hujan.
Di bidang peternakan Kerajaan Bima juga tidak mau kalah dengan kerajaan lain, Raja Indra Zambrud juga mengembangkan bidang peternakan yaitu Kuda,Kerbau,dan Sapi. karna banyaknya ditemukan Catatan-catatan para pelaut yang singgah di pelabuhan laut kerajaan Bima pada saat itu. Bima menjadi sebuah keraajan yang berkembang pesat pada saat itu, apalagi Kerajaan Bima merupakan salah satu kerajaan yang didirikan oleh Majapahit, sehingga Kerajaan Bima menjadi Wilayah Transit para pelaut yang akan menuju ke timur. Siti Maryam mengisahkan, “ ini diperkirakan terjadi abad 14. Tapi kemudian diperbarui karena di Kitab Negarakertagama, Kerajaan Bima disebut sudah memiliki pelabuhan besar pada 1365. Ini cocok dengan kisah di Bo Sangaji Kai. Jadi, kemungkinan Kerajaan Bima dimulai pada 1340.”
Dan di tambah catatan para pelaut yang singgah di pelabuhan Bima pada saat itu yaitu Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok,menceritakan “Pelabuhan Bima sangat ramai dengan perdagangan garam,burung kakak tua,kuda.dan perdagangan Budak-budak yang besar dan kuat”.

Perluasan  Kerajaan Bima
Pada suatu masa, ada keturunan Indra Zamrud yang memiliki 30 anak, dua puluh lelaki dan sepuluh perempuan. Anak lelakinya dijadikan raja di beberapa daerah Sumbawa, antara lain di Dompu, Bima, dan Sumbawa. Sehingga banyak terdapat kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa seperti kerajaan Pekat,Kerajaan Sanggar,Kerajaan Dompo (Dompu),Kerajaan Sanghyang (Gunung sanghyang),dan Kerajaan Sumbawa. Pada saat itu penduduk Kerajaan bima mencapai 100.000 ± jiwa se pulau Sumbawa sebelum terjadi letusan gunung Tambora tahun 1815 yang memakan korban 71.000 jiwa. Sehingga banyak terjadi perpindahan penduduk yang merata sepulau Sumbawa tersebut.(86)

sumber(http://networkedblogs.com/jCOtK)

Saksi Bisu Sejarah Islam Di Bima

#saveBima.online. Mesjid yang berdiri kokoh tersembunyi di dalam pemukiman warga di Melayu Kel. Melayu – Asakota itu merupakan saksi Bisu sejarah masuknya Islam di Tanah Bima
langgar kuno saksi Sejarah Islam di Bima
,  Dan Mesjid itu juga adalah Mesjid yang pertama di bangun di Bima. Mesjid itu dikenal orang dengan sebutan Langgar Kuno yang dibangun pada tahun 1608 Masehi, didirikan oleh Syekh Datuk Di Banta dan Syekh Datuk Di Tiro, kedua Ulama ini berasal dari tanah Sumatra yang menyebarkan Agama Islam di wilayah Nusantara Timur. Kedua Ulama tersebut datang ke Bima melalui pelayaran laut bersama Sultan Bima yang pertama Sultan Abdul Kahir.
Sultan Abdul Kahir bertemu dengan Syekh Datuk Di Banta dan Datuk Di Tiro di kesultanan Goa, pada saat Sultan Abdul Kahir di Asingkan dari Tanah Bima, dan memeluk Agama Islam di Tanah Goa. Setibanya di Bima, dan mengambil alih lagi kerajaannya dan merubah menjadi kesultanan. Kemudian Syekh Di Banta Dan Syek Di Tiro kemudian tinggal dimana Melayu daerah Pesisir Kesultanan Bima, dan mereka berdua membangun Langgar Kuno atau Mesjid Pertama di Bima. Mesjid itu merupakan Saksi Bisu sejarah perkembangan Islam di Tanah Mbojo tersebut. Bentuk dan arsitektur Mesjid tersebut sangat kental dengan Arsitektur Bugis dan Sumatra. Bahan – bahannya dari kayu beratapkan genteng – genteng cdan masih terawat dan terjaga dengan baik. Hingga saat ini Mesjid tersebut di gunakan warga setempat sebagai Taman Pembacaan Al-Qur`an Anak – anak (TPA).

sumber (http://networkedblogs.com/jCOtK)

Keunikan Rumah Lengge Di Wawo

#saveBima_online Wawo, dari kejauhan tampak sebuah gubuk yang meruncing segitiga yang terlihat banyak yang atapnya terbuat dari jerami, itulah Rumah Lengge, rumah tradisional masyarakat Wawo yang mempunyai gaya arsitek yang unik , dengan bahan bangunannya kayu dan bambu beratapkan jerami. Dan Rumah Lengge merupakan rumah asli Pribumi suku Mbojo (Bima).
Ternyata rumah Lengge ini berdiri diatas batu kali sebagai dasar rumah, yg hanya empat kaki tanpa semen, rumah lengge ini hanya memakai paku yang terbuat dari kayu dan yang lebih menarik lagi untuk mengikat bambunya tali yang terbuat dari kulit pohon. Rumah Lengge ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi di atasnya dan ruang tidur dibawah yang mirip saung yang berukuran atau luasnya hanya 8×4 meter.
Rumah Lengge ini ternyata juga rumah anti tikus, dimana tikus maupun kucing tidak dapat masuk dirumah Lengge karena dasar batu rumah dan tiang-tiangnya mempunyai siku yang berbentul huruf L sehingga tikus maupun binatang merayap lainya susah untuk masuk kerumah Lengge.
Masyarakat di desa Wawo  saat sekarang masih menggunakan rumah Lengge sebagai tempat penyimpanan Padi ataupun hasil pertanian mereka. Di Wawo tepatnya di Desa Maria masih berjejer rumah Lengge dan Jompa (rumah yang serupa dengan Lengge), dan dijadikan tempat untuk kunjungan wisatawan yang ingin melihat rumah Lengge dan kehidupan tradisional masyarakat setempat

sumber(http://rumahsolud.wordpress.com/2011/07/20/keunikan-bangunan-rumah-lengge-di-wawo/)

Pasca kedatangan TNI/POLRI kunjungan wisatawan menurun

#saveBima.online :MataramNews. Pasca kedatangan ratusan aparat keamanan gabungan TNI /Polri dan Sat Pol PP NTB ke kawasan Gili Trawangan atau dikenal juga dengan sebutan pulau Sorga, beberapa hari lalu yang berdalih untuk melakukan penertiban miras, narkoba, premansime dan penertiban lahan, membuat jumlah kunjugan wisatawan menurun drastis hingga mencapai 60 persen. Kondisi itu juga mebuat para pemilik hotel dan penginapan mengalami kerugian yang segnifikan.
Hal tersebut dikatakan, Kepala Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara, Haji Muhamad Taufik ditemui wartawan Kamis (28/7/11). Ia mengatakan, sejak kedatangan ratusan aparat TNI/Polri dan Sat Pol PP NTB  itu sebagian besar tamu yang sedang berlibur di gili Trawangan memeperpendek masa liburannya dan pindah kedaerah lain seperti pulau Bali. “Bahkan banyak juga turis yang langsung pulang kenegara asalnya, “beber Taufik.
Kami sudah tidak mampu lagi menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Gili Trawangan pada wisatawan yang terus bertanya, mereka semua takut dan banyak yang tidak percaya dengan alasan yang kita berikan, “katanya.
“Saya juga sangat menyayangkan ada warga saya yang berinisial JFR yang dimanfaatkan oleh oknum polisi berinisial BDI untuk memberikan laporan melalui SMS tentang kondisi Trawangan yang kondusif dan tidak ada reaksi dari wisatawan, pada hal kondisi itu berbeda dengan sebenarnya. “Silahkan lihat langsung, banyak tamu yang pergi setelah ada aparat di Trawangan, “ungkapnya.
Sukande, salah satu agen ticketing yang beroperasi di gili Trawangan juga menyatakan banyak wisatawan yang membeli tiket keluar dari Gili Trawangan. “Mereka merasa tidak nyaman dan tidak aman sehingga banyak yang beli tiket pulang dan  pindah ke pulau Bali,”katanya.
Hal senada juga dikatakan Hanafi salah satu agen Fast Boat (kapal cepat-red) dari Pulau Bali ke Gili Trawangan, menurutnya hampir sebagian besar tamu yang berada di gili Trawangan bertanya dan merasa tidak nyaman dengan kedatangan aparat TNI/ Polri. “Turis terus bertanya apa sebenarnya yang terjadi di Trawangan, “tuturnya.
Sementara Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika (Dishuparkominfo) KLU, Sinar Wugiyarno, SH juga menyayangkan dengan penempatan aparat gabungan di kawasan Gili Trawangan. “ Stabiltas memang harus tetap kita jaga tetapi ada cara-cara yang lebih halus dan lebih baik yang bisa kita terapkan sehingga tidak terkesan daerah dalam keadaan gawat, “singkatnya

sumber (http://mataramnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2450%3Apasca-kedatangan-tnipolri-kunjungan-wisatawan-menurun&catid=84%3Alombok-utara&Itemid=439)

26/07/11

Media Indonesia - Jumlah Wisatawan ke NTB Tunjukkan Tren Positif

Media Indonesia - Jumlah Wisatawan ke NTB Tunjukkan Tren Positif

Semalam di Bima (opera Bima)

#saveBima.online – Dalam rangka promosi budaya dan pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Bima, Anjungan Nusa Tenggara Barat (ANTB) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pekan lalu, menggelar kesenian daerah dengan tajuk Weha Oi Niwa (WON).
Sutradara M. Saad Bima menjelaskan cerita WON merupakan cerita Cinta La Fare, kisah cinta anak gadis remaja yang terhimpit jiwanya, dan dia ingin seperti gadis lain yang bebas menikmati masa remajanya. “Ini menggambarkan cinta itu semanis madu juga sebagai dambaan semua insan. Cinta kadang sangat menyakitkan dan membuat kita gila. Nafsu dan kesombongan adalah bumbu intrik untuk memaksa merampas sebuah cinta yang terlarang,” jelasnya pada tubasmedia.com di ANTB, baru-baru ini.
Sayang ruang geraknya sangat sempit, dia tak dapat kemerdekaan dunia remaja karena sang ayah yang otoriter. Hari-harinya murung gundah gulana sedih yang berkepanjangan. Beruntung kehadiran seorang sahabat bisa menghibur saat La Fare sedih. Mereka bisa tertawa bersama bermain sambil menari, begitu berarti punya sahabat.
“La Fare” yang mempunyai mata lentik dan leher panjang membuat dia mempesona sehingga membuat laki-laki berlomba-lomba ingin segera meminangnya. Dengan kilauan emas merekah siap dipetik untuk dipersunting, cintanya diperebutkan oleh tiga lelaki hidung belang. Malapetaka akhirnya datang, tiga lelaki tua, muda, mulai berseteru, sama hati sama rasa ingin menjadikan La Fare menjadi istri mereka.
Agar situasi tidak memanas dan perang saudara tidak terjadi, keadilan ditegakkan siapa saja yang mau mempersunting La Fare harus mengikuti sayembara sederhana di bulan purnama sebelum ramadhan tiba.
Siapapun kalian pergi dan ambillah OI NIWA (madu) dalam hutan rimba, bila di antara kalian dapatkan madu beserta sarangnya datang dan serahkan madu itu padaku, seperti aku menyerahkan anakku La Fare untuk kau nikahi, nikmati cinta semanis madu.
Kepala ANTB TMII, Sahrir Rohman, S.Sos. menambahkan, acara ini merupakan agenda tahunan yang selalu diselenggaran dari daerah Kabupaten Bima. Selain pagelaran kesenian juga didukung industri perdagangan yang akan memamerkan produk-produk unggulan daerah antara lain dengan memamerkan kerajinan lukisan, penjualan madu asli Bima, produk makanan khas serta kerajinan tangan (86*)

(http://www.tubasmedia.com/berita/kabupaten-bima-gelar-kesenian-weha-oi-niwa/)

25/07/11

Samawa Online: Presiden Bahas Percepatan Pembangunan NTB

#saveBima. Samawa Online: Presiden Bahas Percepatan Pembangunan NTB: "Online Samawa - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membahas percepatan dan perluasan pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) be..."

Mengenal Seni Musik “ Rawa Mbojo “

#saveBima.online

Rawa Mbojo merupakan salah satu warisan budaya leluhur masyarakat Bima-Dompu. Diiringi alat musik Biola dan Gambo, seorang penyanyi melantunkan nyanyian Rawa Mbojo yang berisi pantun-pantun Bima yang  menggelitik, kocak dan menghibur. Suasana akan semakin hidup di tengah Rawa Mbojo ini ketika laki dan perempuan berbalas pantun diiringi alunan dan gesekan Biola dan Gambo( Sejenis alat musik Gambus).  Musik vokal dalam bahasa Bima-Dompu adalah “rawa” yang artinya sama dengan “lagu” atau “nyanyian”. Lazimnya ditampilkan sebagai acara hiburan pada upacara pernikahan dan kadang – kadang dilaksankan di sawah ladang, sebagai hiburan bagi para remaja yang sedang menanam atau memanem padi.

Pada akhir – akhir ini rawa Mbojo sering dipentaskan pada kegiatan festival dan pergelaran seni tradisional di tingkat Kabupaten dan Provinsi, bahkan sampai di tingkat nasional. Rawa Mbojo biasa dinyanyikan oleh seorang penyanyi perempuan dengan berbusana rimpu. Tetapi sering pula dinyanyikan oleh dua orang dan kadang dinyanyikan oleh penyanyi laki – laki.
Berdasarkan jenis “Ntoko” (irama) serta isi “patu rawa” (pantun lagu) pada setiap ntoko, rawa Mbojo terdiri dari :

a.Ntoko Sera
Merupakan ntoko rawa Mbojo yang tertua, sudah mulai dikenal sejak jaman keajaan. Dinyanyikan dengan ntoko atau irama mirip seriosa, melantunkan kata yang berisi luapam rasa rindu kepada sang kekasih dan rasa kagum terhadap keindahan alam. Ntoko sera dilantunkan ketika seorang sedang berkelana di sera atau padang nan luas dikelilingi gunung yang menghijau. Karena itu ntoko diberinama ntoko sera (padang nan luas), sayang, pada akhir – akhir ini, sudah jarang penyanyi yang dapat melantunkan ntoko sera.

b.Ntoko Tambora
Termaksud ntoko tertua sesudah ntoko sera. Ntoko Tambora mirip irama keroncong, biasanya dinyanyikan oleh para pelaut dikala kapal atau perahu mereka sedang diserang badai dan gelombang besar. Pada suasana yang mencekam itu mereka melantunkan ntoko dengan patu yang menggambarkan suasana laut tidak bersahabat serta rasa rindu kepada sanak keluarga yang ditinggalkan. Suasana laut yang bergelombang besar dan tinggi bagaikan Gunung Tambora, karena itu ntoko ini dinamakan Ntoko Tambora.

c.Ntoko Lopi Penge
Lopi penge dapat diartikan sebagai perahu (lopi) yang tidak jemu dan tidak bosan berlayar (penge). Ntoko ini biasa dilantunkan oleh para pelaut dan nelayan di kala sedang berlayar di samudera nan luas lagi tenang damai. Kerinduan pada kedamaian dan keindahan laut, mengundang para pelaut untuk terus berlayar sepanjang waktu.

d.Ntoko Dali
Ntoko Dali merupakan Ntoko yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Patu berisi nasehat dan petuah untuk melaksanakan ibadah dan segala amal shaleh serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Nasehat itu berasal dari intisari dalil (dali), karena itu ntoko ini di berinama “dali”. Ntoko ini mulai populer pada zaman kesultanan , dijadikan sebagai media dakwah.

e.Ntoko Haju Jati
Pada awalnya, ntoko ini biasanya dinyanyikan sebagai pelepas lelah di kala sedang menebang kayu jati di tengah hutan belantara. Seraya menebang dan memotong serta menggeragaji kayu, para tukang kayu melantunkan ntoko yang patunya berisi pujian terhadap kekuatan serta ketahanan kayu jati untuk bahan bangunan rumah. Oleh sebab itu ntoko ini diberi nama ntoko haju jati.

f.Ntoko Kanco Wanco
Melalui ntoko dan patu kanco wanco, penyanyi melukiskan kisah kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ujian, bagaikan sebuah perahu yang sedang diterpa gelombang.

g.Ntoko Salondo Reo dan Rindo
Patu ntoko salondo reo berisi ratapan hati anak istri dan masyarakat Reo di Manggarai, karena mereka hidup berpisah dengan suami dan saudaranya yang ditawan dan dijadikan abdi Istana oleh para Sultan Bima. Selain ntoko salondo reo, adalagi ntoko yang berisi kritikan dari masyarakat Manggarai atas kekejaman para Sultan Bima yang menawan suami dan saudara mereka. Ntoko dan patu kritikan populer dengan nama “rindo”. Walau dua jenis Ntoko berisi kritikan terhadap para Sultan, namun tidak dilarang untuk berkembang di lingkungan masyarakat. Bahkan pada upacara – upacara adat kesultanan, dua jenis Ntoko ini di senandungkan dihadapan Sultan dan para pembesar negeri.
Masih banyak lagi jenis Ntoko Rawa Mbojo yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat, dari sekian banyak Ntoko – Ntoko itu antara lain Ntoko Jiki Maya, Teke Mpende, Sajoli, E’aule dan Tembe Jao Galomba.

(http://sarangge.wordpress.com/2010/12/28/mengenal-seni-musik--rawa-mbojo-/)

Letak Geografis BIMA


PDF Print
Kabupaten Bima terletak di bagian Timur Pulau Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan posisi 117°40' sampai 119°10 BT dan 70°30' LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Flores
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Timur : Selat Sape
- Sebelah Barat : Kabupaten Dompu

Pulau Sumbawa

Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 4.596,90 Km2 atau 22.5% dari total luas Propinsi NTB. Secara Administratif Kabupaten Bima terdiri dari 16 Kecamatan dan terdapat satu Kota Administratif yakni Kotip Bima. Semula hanya ada 10 Kecamatan, namun pada Tahun 2000 enam kecamatan mengalami pemekaran yang telah didefinitifkan Tahun 2001.

Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. sekitar 14% dari propinsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari separuh merupakan lahan kering.

Sumber data :
Analisa Potensi Ekonomi Kabupaten Bima
Proyek Kerjasama Indonesia - German
GTZ - PRODA NT

Istana Bima Memprihatinkan

Kompleks Bekas Istana Kerajaan Bima yang berlokasi di pusat kota Bima Nusa Tenggara Barat sungguh memprihatikan dan tidak terawat. Kemungkinan besar Pemerintahan Kota Bima, Maupun Pemerintahan Kabupaten Bima kurang mendapat perhatian, info terakhir perbaikan dan kucuran dana untuk pemeliharaan sekitar tahuan sembilan puluhan.

Sebagai masyarakat Bima kami sangat kecewa dan sedih melihat Istana Bima yang kurang diperhatikan. Disana sini tidak ada keindahan yang dapat ditampilkan. Mulai dari bunga-bunga tidak ada karena di makan oleh kijang-kijang di pelihara di areal Istana. Air Manjur yang tidak ada airnnya, Jalan-jalan yang rusak, langit-langit istana yang blang-blang, lampu-lampu taman yang rusak dan tidak menyala serta sampah-sampah yang tidak pernah diangkut dan dibersihkan.

Yang lebih sedih lagi kijang-kijang dibiarkan berkeliaran di dalam komplek istana sehingga tanaman-tanaman bunga tidak nampak lagi selain itu pintu gerbang timur dijadikan kandang kijang-kijang tersebut. Sangat Ironis Buapti Kabupaten Bima merupakan Putra Mahkota Kesultanan Bima seakan tidak perduli terhadap istana kesultanan Bima.

Sekarang siapa yang harus perduli apa rakyatnnya atau sultannya/pemerintahnnya . Ironis memang daerahku ini.86*
di sadur (

17/07/11

foto foto eL-Bima ketika acara di TMII












el-bima adalah anak bima yang siap memperkenalkan Bima lewat jalur musik. kini dia mulai merambah dunia industri music.

foto saat Duta Besar Negara Tetangga datang di acara "semalam Di Bima"





acara "semalam di bima" di adakan di anjungan Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tgl 16 juli 2011 . acara ini di adakan oleh Forum Komunikasi Kasabua Ade ( FOKKA)

14/07/11

cek baju #saveBima

kami tidak ingin mendapatkan keuntungan dengan menjual baju ini . kami hanya ingi mempromosikan Bima baik lewat media apa saja. kami menyediakan kaos ini supaya kita bisa lebih mengenal dengan #saveBima. #saveBima mengajak teman teman untuk mengenal dan menyelamatkan budaya Bima. hastage(#) saveBima adalah media berkomunikasi ketika kami membahas masalah budaya dan pariwisata yang berada di salah satu jejaring sosial (twitter.) follow me @saveBima

Pesona Dan Potensi Tambora Yang Terabaikan

#saveBima.online,- Gunung Tambora dengan ketinggian 2.851 Meter di atas permukaan laut, adalah gunung berapi aktif yang berdiri tegak di Pulau Sumbawa, yang juga bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Para ahli Vulkanologi berpedapat bahwa sebelum letusan dahsyatnya pada tahun 1815 ketinggian puncak gunung Tambora   mencapai 4.300 m dpl, dan dipastikan sebagai salah satu puncak gunung tertinggi di seluruh nusantara setelah Puncak Jaya (Carstensz Piramid 4884 m dpl), (Volcanic Explosivity Index (VEI).

Kini menjelang dua abad letusannya, Tambora semakin indah dan menjadi obyek penelitian berbagai kalangan. Banyak peneliti yang melakukan study dan penelitian tentang letusan, sejarah kegunung apian, pendakian, pencarian sisa peradaban Tambora, serta berwisata alam.

Kawasan Tambora dan sekitarnya sesungguhnya menyimpan pesona dan potensi untuk dikembangkan menjadi sektor unggulan. Beberapa sektor yang memungkinkan untuk dikembangkan di kawasan ini antara lain perkebunan, peternakan, pariwisata dan perikanan. Sektor perkebunan, disamping  Kopi, pengembangan tanaman Mente juga sangat memungkinkan. Sentra produksi Mente seluas 21.500 Ha dengan produksi rata-rata 13.000 Ton per tahun dan masih tersedia lahan seluas 17.000 Ha.

Disamping Mente, peternakan Sapi juga sangat potensial dikembangkan di kawasan ini karena tersedia lahan penggembalaan dan pengembangan seluas 34.000 Ha dengan total populasi Sapi sebanyak 37.000 ekor. Keindahan pulau Satonda dan wisata alam gunung Tambora yang telah masuk dalam kawasan strategis nasional sangat memungkinkan dengan rata-rata kunjungan wisatawan sebanyak 3.700 orang pada tahun 2009.

Di sektor perikanan dan keluatan, budi daya rumput laut di teluk Saleh sangat memungkinkan dengan sentra produksi rata-rata 1.200 ton per tahun dan areal pengembangan sepanjang 110 km Pantai.
Di lereng Tambora hidup masyarakat Bima dan Dompu maupun warga transmigran asal pulau Bali dan Lombok. Mereka tersebar di tiga kecamatan yaitu di kecamatan Pekat Kabupaten Dompu di sisi selatan, kecamatan Tambora di sisi barat dan Kecamatan Sanggar di sisi timur. Kecamatan Tambora dan Sanggar masuk dalam wilayah administratif kabupaten Bima.
Wilayah Tambora merupakan wilayah terluas di kabupaten Bima maupun Dompu. Namun luas wilayahnya tidaklah sebanding dengan jumlah penduduknya yang masih sedikit. Banyak lahan-lahan kosong yang dijumpai sepanjang perjalanan menuju Tambora baik melalui lingkar selatan di wilayah Kempo, maupun di lingkat utara melalui Piong menuju Labuan Kananga.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di kecamatan Sanggar sebanyak 11.838 jiwa, di kecamatan Tambora sebanyak 6.575 Jiwa. Kecamatan Pekat Dompu dengan luas wilayah sekitar 875, 17 Km2 ( Atau 37, 65 %) dari luas Kabupaten Dompu. Kecamatan Pekat berada pada ketinggian 20 meter di atas permukaan laut. Di wilayah ini terdapat 10 desa dan 61 dusun.

Mata pencaharian warganya adalah bertani dan berladang, bnerburu, pencari madu, serta nelayan. Warga transmigran yang sudah berbaur dengan penduduk setempat memanfaatkan lahan transmigrasi itu dengan menanam berbagai jenis buah-buahan serta sayur-sayuran.

Luas Kecamatan Sanggar sekitar 72.000 Ha atau 16 porsen dari luas kabupaten Bima. Daerah ini adalah bekas kerajaan Sanggar yang pernah berjaya pada sekitar tahun 1500 sebelum letusan Tambora pada tahun 1815. Disamping dikenal sebagai daerah pegunungan dengan hasil madunya, Sangggar juga merupakan daerah pesisir dengan produksi ikan mencapai 20 ribu ton per tahun. Sedangkan nener mencapai 1 juta ekor per tahun. Untuk komoditi pertanian juga cukup besar berupa komditi padi, kedelai dan kacang tanah. Di Sanggar juga sangat cocok untuk pengembalaan ternak karena wilayah di sebelah baratnya hingga lereng Tambora terdapat padang Savana yang luas untuk pengembalaan.

Sedangkan luas wilayah kecamatan Tambora 50.500 Ha. Komoditi unggulan yang dikembangkan di wilayah ini antara lain asam, kemiri, jambu mete, kopi dan kelapa. Disamping itu, potensi peternakan di wilayah ini juga cukup besar seperti peternakan Sapi, kerbau, kuda, kambing, dan Domba.

Sudah saatnya pesona dan potensi Tambora dikembangkan dengan berbagai program multi sektor. Kehadiran KTM mudah-mudahan dapat menjawab keterbelakangan dan ketimpangan pembangunan selama ini untuk saudara-saudara kita di wilayah Tambora dan sekitarnya. Tetapi KTM tanpa perbaikan dan peningkatan status jalan lingkar selatan muapun lingkar utara Tambora sungguh tidak akan berarti. Sebab akses itu sangat dibutuhkan untuk mendorong percepatan pengembangan ekonomi di kawasan Tambora. Sarana jalan dan irigasi yang baik adalah kata kunci untuk membuka akses dan berkembangnya sektor ril di kawasan ini.

(Disadur dari: http//alanmalingi.wordpres )

08/07/11

Disbudpar Prov.NTB Gelar Lomba di Asi Mbojo

#saveBima.online  Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Bima ke-371 dan menyongsong Visit Lombok And Sumbawa 2012, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi NTB bekerja sama dengan Disbudpar Kota dan Kabupaten Bima menggelar berbagai event dan lomba yang dipusatkan di Pelataran Asi Mbojo Bima.Salah satu kegiatan yang diminati para pelajar di kota dan kabupaten Bima adalah Lomba Menggambar dan penulisan Cerpen Wajah Bimaku yang diselenggarakan di pelataran Asi Mbojo selasa (5/7).
Dua mata lomba itu diikuti oleh ratusan siswa se kota dan Kabupaten Bima.  “ Ini adalah bentuk apresiasi untuk memeriahkan Hari Jadi Bima ke-371 dan visit Lombok And Sumbawa 2012. Kedepan, kami rencanakan lomba ini akan terus berlanjut dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dan promosi wisata daerah. “ ucap Kabid Kebudayaan Disbudpar NTB Faisal.
Pantauan Sarangge, halaman dan pelataran Asi Mbojo cukup ramai dikunjungi warga maupun pelajar yang mengikuti lomba. Dan pada malam hari, dilakukan Pagelaran Seni Budaya Tradisional Mbojo di lapangan Sera Suba Bima. *86

05/07/11

Wagub Badrul Tinjau Pelabuhan Sape dan Langgudu

#saveBima.online Rangkaian kunjungan kerja wakil gubernur NTB Ir.H.Badrul Munir MM ke Bima, selain dihajatkan untuk menyaksikan parade/pawai festifal kuda Bima yang dihelat di Kota Bima juga dimanfaatkan untuk melihat dari dekat kegiatan pembangunan dermaga Sape dan Langgudu

Kunjungan dilakukan Senin Siang (3/7) di dermaga niaga pelabuhan Sape di Desa Bugis dan Dermaga Desa Rompo-Langgudu. Penyelesaian pembangunan dermaga niaga Rompo menyerap dana senilai Rp. 29 miliar dan dermaga niaga Sape mendapat alokasi dana Rp. 25 miliar yang bersumber dari dana APBN.

Kehadiran dermaga berstandar internasional ini menurut Wagub Badrul akan dapat meningkatkan kapasitas kegiatan bongkar muat kapal nelayan, barang dan jasa penumpang karena dimungkinkan singgahnya kapal bertonase besar.

Wagub yang didampingi Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Bima, Kepala Administratur Pelabuhan (Adpel) Bima H. Anwar, Kabag Administrasi Pembangunan Setda dalam pemaparannya menyatakan,

Salah satu kendala utama pembangunan wilayah pesisir timur Bima adalah sarana prasarana transportasi laut belum mencapai pada daerah-daerah potensial. Karena itu, "Pelabuhan Sape dan Langgudu merupakan gerbang transportasi yang langsung dapat diakses para wisatawan yang menuju Komodo dan sebaliknya.

Tidak hanya itu, ke depan beroperasinya kedua pelabuhan ini akan mempercepat arus barang dan jasa yang melalui jalur laut dan akan dapat membuka isolasi wilayah dan meningkatnya geliat pariwisata di wilayah Bima bagian timur". Tutur Wagub Badrul.

04/07/11

Festival Kuda Bima Digelar

#saveBima_online (KM. Sarangge) Selama sepekan mulai tanggal 4 hingga 17 Juli 2011, Festival kuda Bima kembali digelar. Event tahunan ini dilaksanakan dalam rangka promosi wisata NTB menyambut Visit Lombok and Sumbawa 2012. Rangkaian kegiatan itu dihajatkan sebagai media strategis menuju destinasi utama pariwisata NTB sehingga target mendatangkan sejuta wisatawan dari dalam dan luar negeri di Propinsi NTB dapat diwujudkan.


Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi NTB, Faisal mengemukakan, selain untuk pengembangan kepariwisataan, Festival Kuda Bima juga berimplikasi ekonomis. Roda perekonomian masyarakat bisa menggeliat karena kuda sudah menjadi salah satu icon perekonomian dan prestise warga. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bima, Ir. H. Ramli Hakim, M.Si mengatakan kegiatan ini dirangkaikan dengan berbagai kegiatan antara lain pawai/parade kuda dari paruga nae menuju halaman Istana Bima yang diikuti sekitar 500 kuda, Pacuan Kuda Tradisional, pameran kuliner dan asesories kuda, seminar tentang kuda Bima, serta lomba cerpen dan menggambar tentang kepariwisataan

sumber: (http://sarangge.wordpress.com/2011/07/04/festival-kuda-bima-digelar/#more-1049)